Saturday, May 19, 2012

Duhai Penimbun Surga



kutuliskan segala rasa dalam syairku pagi ini
bersama mentari menyibak dedaunan bersimbah embun suci
dan sejuk udara meretas ruang-ruang beku di dada
dengarlah,
duhai pemilik bibir ranum merekah dalam kerudung putih santun
yang tiada satu cerah dan wangi bunga menandingimu dalam mekar
apalagi bidadari-bidadari, kan meraung pada ibunya dirumah
karna cemburu melihatmu meronce kecantikan alam raya
menawarkan cahaya surga kelangkaan
dan pelabuhan akhir bagi perompak lautan
kau telah merenggutku dari pertapaan
pesona kesetiaanku pudar sederas mata air gunung turun keparit
menyuburkan tetanaman semasa kemarau melanda

duhai penimbun surga
kali ini kumaafkan kau dalam dosaku
dalam harummu
namun, bila esok hari kau memainkan canda indahmu padaku lagi,
menjadikan darahku kembali mendidih,
membakar kebekuan luh rasaku,
menumbuhkan kedua tanduk dikepalaku,
sayap di dadaku, lantas mengajakku terbang ke awan putih,
jangan salahkan aku
bila aku terlampau tega menculikmu dari kekasih yang kau cinta


Ngawi, 19 Mey 2012

No comments:

Post a Comment